Diagnosis HIV pada ibu dan bayi untuk mencegah kematian akibat vaksin TB

Bacille Calmette-Guérin atau BCG adalah salah satu vaksin yang diberikan secara luas di dunia dan aman bagi orang dengan sistem kekebalan yang sehat. Baru-baru ini WHO menerbitkan temuan penelitian lanjutan mengenai vaksin tuberkulosis (TB) yang baku adalah lebih berisiko terhadap kematian bayi dengan HIV.

Karena risiko yang berat, WHO menyarankan agar tidak memvaksinasi bayi yang terinfeksi HIV dan menunda vaksinasi pada bayi yang status infeksi HIV-nya tidak diketahui tetapi memiliki tanda atau gejala yang sesuai dengan infeksi HIV. Anjuran itu diterbitkan pada 2007 dan menjadi tantangan bagi sistem kesehatan yang lemah di seluruh dunia.

Anjuran itu menekankan kebutuhan tes HIV secara lebih luas pada bayi dan ibu hamil. Gejala klinis infeksi HIV biasanya muncul setelah bayi berusia tiga bulan tetapi di beberapa negara bayi divaksinasi BCG secara rutin setelah kelahiran.

UNAIDS menghimbau peningkatan akses pada dan penggunaan layanan yang bermutu untuk pencegahan penularan dari ibu-ke-bayi (prevention of mother-to-child transmission/PMTCT) serta juga pemberian layanan HIV dan TB secara terpadu.

“Kebijakan vaksinasi BCG secara selektif pada bayi yang terpajan HIV membutuhkan peningkatan tes HIV pada ibu hamil, memperkuat layanan PMTCT, dan perpaduan program TB dan HIV secara lebih baik,” kata Dr. Catherine Hankins, Chief Scientific Adviser UNAIDS.

Hasil penelitian selama tiga tahun di Afrika Selatan diterbitkan dalam jurnal Bulletin WHO edisi Juli 2009. Hasil itu mengonfirmasi penelitian yang dipimpin oleh WHO pada 2007 untuk mengubah kebijakan vaksinasi BCG pada bayi. Kemudian, Global Advisory Committee on Vaccine Safety WHO dan Strategic Advisory Group yang terdiri dari pakar TB dan HIV menerbitkan pedoman yang telah direvisi mengenai vaksinasi BCG pada bayi yang berisiko terinfeksi HIV.

“Laporan itu memberi informasi yang lebih baik tentang risiko infeksi BCG secara umum pada bayi terinfeksi HIV dan mengingatkan kembali tentang kebutuhan untuk menemukan cara baru untuk mencegah TB pada bayi (yang paling berisiko meninggal akibat TB) dan untuk mendiagnosis HIV pada bayi,” kata Dr. Alasdair Reid, penasihat TB UNAIDS.

Empat skenario diuraikan oleh WHO, yang mempengaruhi keseimbangan antara risiko dan manfaat vaksinasi BCG di rangkaian beban tinggi TB dan infeksi HIV.

1. Bayi yang lahir dari ibu dengan status infeksi HIV yang tidak diketahui: Manfaat vaksinasi BCG lebih besar daripada risiko dan bayi harus divaksinasi.

2. Bayi yang status infeksi HIV-nya tidak diketahui dan tidak menunjukkan tanda atau gejala infeksi HIV, tetapi lahir dari ibu terinfeksi HIV: Manfaat vaksinasi BCG biasanya lebih besar daripada risiko, dan bayi harus menerima vaksinasi BCG setelah mempertimbangkan beberapa faktor lokal.

3. Bayi yang diketahui terinfeksi HIV, dengan atau tanpa tanda atau gejala infeksi HIV: Risiko vaksinasi BCG lebih besar daripada manfaat dan bayi tidak boleh menerima vaksin, tetapi harus menerima vaksin rutin lain.

4. Bayi yang status infeksi HIV-nya tidak diketahui tetapi memiliki tanda atau gejala infeksi HIV dan lahir dari ibu terinfeksi HIV: Risiko vaksinasi BCG biasanya melampaui manfaat, dan bayi tidak boleh menerima vaksin pada beberapa minggu pertama kehidupannya, karena gejala klinis infeksi HIV biasanya muncul setelah bayi berusia tiga bulan. Namun, vaksin dapat diberikan apabila infeksi HIV dinyatakan tidak ada berdasarkan tes virologi secara dini.

0 comments: