Vitamin D yang Rendah pada Ibu Meningkatkan Risiko Penularan HIV kepada Bayi dan Mortalitas Bayi

Vitamin D yang rendah pada ibu terkait dengan peningkatan risiko penularan HIV dari ibu-ke-bayi (mother-to-child HIV transmission/ MTCT) dan mortalitas bayi. Hal itu dilaporkan para peneliti dalam Journal of Infectious Diseases versi online.

“Peningkatan risiko terinfeksi HIV atau kematian saat kelahiran diamati pada bayi yang lahir dari ibu dengan tingkat vitamin D rendah pada awal; tingkat vitamin D yang rendah pada ibu juga terkait dengan penularan HIV melalui menyusui, dan dengan mortalitas bayi yang lebih tinggi selama masa tindak lanjut,” tulis peneliti.

Sudah diketahui bahwa tingkat vitamin D dapat mempengaruhi fungsi sistem kekebalan dan bahwa tingkat vitamin D ibu mempengaruhi pertumbuhan janin. Lebih lanjut, pemberian suplemen vitamin D menunjukkan perbaikan hasil terapi tuberkulosis (TB), yang bermakna bila dihubungkan dengan HIV karena TB adalah satu-satunya penyebab terpenting terhadap penyakit dan kematian Odha.

Namun, hanya sedikit penelitian yang meneliti dampak tingkat vitamin D pada ibu hamil yang HIV-positif dan hasilnya termasuk efek samping kelahiran, MTCT, kematian bayi selama awal bulan kehidupan, atau penularan HIV karena menyusui.

Penelitian mengenai penggunaan suplemen vitamin D pada ibu hamil yang HIV-positif di Tanzania memberi peneliti kesempatan untuk menilai pentingnya tingkat vitamin D ibu terhadap hasil tersebut.

Seluruhnya ada 884 perempuan yang dilibatkan dalam analisis para peneliti. Sebagian besar (80%) memiliki penyakit HIV tidak bergejala. Pemberian suplemen vitamin dimulai antara minggu ke-12 dan 27 usia kehamilan. Namun, pemberian itu tidak termasuk vitamin D, tingkat vitamin yang dinilai pada awal.

Tidak ada hubungan yang ditemukan di antara tingkat vitamin D dan hasil buruk kehamilan misalnya kelahiran prematur, atau bayi lahir dengan berat badan rendah, atau bayi lahir dengan ukuran yang kecil dibandingkan usia kandungan.

Namun, vitamin D ibu yang rendah pada awal (di bawah 32 ng/ml), dikaitkan dengan 49% peningkatan risiko kematian janin atau penularan HIV saat kelahiran (CI:95%; 7-109%), dibandingkan bayi dari ibu dengan tingkat vitamin D yang cukup.

Selain itu, bayi dari ibu dengan tingkat vitamin D yang rendah 50% lebih berisiko tertular HIV pada usia enam minggu dibandingkan bayi dari ibu dengan tingkat vitamin D yang normal (CI:95%; 1,02-2,20).

Setelah 24 bulan masa tindak lanjut, 30% bayi adalah HIV-positif. Bayi dari ibu dengan tingkat vitamin D yang tidak cukup, yang HIV-negatif pada usia enam minggu dua kali lipat lebih berisiko tertular HIV dari ibunya selama menyusui dibandingkan bayi dari ibu dengan tingkat vitamin D yang cukup (rasio tingkat kejadian [IRR], 2,03; CI:95%; 1,08-3,82).

Secara keseluruhan tingkat MTCT setelah 24 bulan adalah 46% lebih tinggi pada bayi dari ibu dengan tingkat vitamin D yang tidak cukup, dibandingkan bayi dari ibu dengan tingkat vitamin D yang normal.

Analisis lebih lanjut oleh para peneliti menunjukkan bahwa ibu dengan tingkat vitamin D terendah adalah yang paling berisiko terhadap MTCT (p = 0,01), dan risiko menurun sebagaimana tingkat vitamin D pada ibu meningkat.

Akhirnya, peneliti menemukan bahwa vitamin D rendah pada ibu meningkatkan risiko kematian bayi selama masa tindak lanjut.

“Vitamin D diketahui menunjang perkembangan sistem kekebalan janin; sistem kekebalan yang lebih kuat mungkin lebih resistan terhadap infeksi HIV dan mungkin menjelaskan penurunan MTCT yang diamati,” komentar para peneliti.


Para peneliti melanjutkan, “temuan ini mungkin juga berhubungan dengan infeksi dan penyakit oportunistik yang lebih sedikit selama masa tindak lanjut dan hasilnya adalah penurunan mortalitas. Selain itu, kian banyak bukti yang mendukung peran vitamin D untuk melawan infeksi TB; TB adalah salah satu pembunuh utama populasi infeksi HIV.”

Para peneliti menyimpulkan bahwa apabila pemberian suplemen vitamin D terbukti efektif dalam penelitian, pemberian vitamin D “akan terbukti sebagai cara yang cukup sederhana dan murah untuk mengurangi mortalitas bayi dan membantu mencegah MTCT yang dipakai bersamaan dengan ART.”


sumber : Kalbe.co.id


0 comments: