Kehamilan Lewat Waktu

Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari pertama haid terakhir. Namun sekitar 4 - 14 % atau rata-rata 10 % kehamilan akan berlangsung sampai 42 minggu atau lebih. Angka ini bervariasi dari beberapa peneliti tergantung kriteria yang dipakai.
KLB mempunyai hubungan erat dengan mortalitas, morbiditas perinatal maupun makrosomia. Sedangkan risiko bagi ibu dengan KLB dapat berupa perdarahan post partum maupun tindakan obstetrik yang meningkat
Defenisi
Kehamilan Lewat Bulan, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, prolonged pregnancy, postterm pregnancy, extended pregnancy, postdate / pos datisme atau postmaturitas adalah :
Kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu ( 294 hari ) atau lebih , dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata-rata 28 hari.. ( WHO 1977, FIGO 1986 )
Postmaturitas dipakai sbg sinonim dismaturitas, yg sebenarnya hal ini tidak tepat. Postmaturitas merupakan diagnosis waktu yg dihitung menurut rumus Naegele, sebaliknya dismaturitas hanya menyatakan kurang sempurnanya pertumbuhan janin dlm kandungan akibat plasenta yg tdk berfungsi dengan baik, sehingga janin tidak tumbuh seperti biasa, keadaan ini dapat terjadi pada beberapa keadaan seperti hipertensi, preeklampsia, gangguan gizi maupun pada KLB sendiri.

Sebab Terjadinya Kehamilan lewat Bulan

Lima cara menghindari Caesar-section (bedah Caesar)



Pemerintah Amerika dan pada ahli kebidanan sedang bekerja keras menurunkan jumlah wanita yang menjalani bedah Caesar. Tahun 2004, 29% bayi yang Amerika dilahirkan dengan bedah Caesar, suatu peningkatan lebih dari 40% sejak tahun 1996. Sejak menjadi pembedahan mayor, bedah Caesar mengandung risiko bagi ibu, termasuk infeksi, pendarahan dan nyeri. Menurut kantor Departement of Health and Human Service bagian kesehatan wanita, bayi-bayi yang dilahirkan dengan bedah Caesar lebih banyak bermasalah dengan pernapasan segera setelah melahirkan. Menurut lembaga ini, banyak para ahli berpikir bahwa sebagian besar bedah Caesar tidak diperlukan.

Berikut ini cara bagaimana menghindari bedah Caesar, kecuali Anda benar-banar memelukannya.

1. Jangan diinduksi kecuali diperlukan secara medis

Studi bertahun-tahun menunjukkan bahwa menginduksi persalinan sering mengarah pada bedah Caesar. Dr. Michael Klein, seorang profesor emeritus kedokteran keluarga dan anak-anak dari University of British Columbia, yang mempelajari bedah Caesar mengatakan, jika Anda memutuskan mendapatkan induksi karena dokter obsgin berangkat keluar kota atau karena suami Anda berangkat keluar kota, tampaknya merupakan alasan binafid, tapi Anda akan membayar dengan meningkatnya kemungkinan bedah Caesar. Klein mengatakan bahwa studi pada ibu-ibu yang pertama kali melahirkan menunjukkan bahwa 44% yang diinduksi berakhir dengan bedah Caesar, tapi hanya 8% yang rencananya melakukan persalinan secara spontan berakhir dengan bedah Caesar. Para dokter telah mengatakan beberapa kali bahwa menginduksi wanita yang rahimnya belum siap dapat mengarah pada persalinan non produktif sehingga perlu bedah Caesar.

2. Tunggu persalinan di rumah sampai pembukaan 3 sentimeter

Dr. Elliot Main, Direktur Mutu Persalinan dari Sutter Health di Kalifornia mengatakan bahwa dukungan pada ibu-ibu tinggal di rumah pada awal persalinan adalah salah satu upaya rumah sakitnya dapat mempertahankan angka bedah Caesar tetap, walaupun secara nasional terus meningkat setiap tahun. Mengapa menunggu persalinan di rumah dapat mengurangi bedah Caesar ? Sebagian berkaitan dengan perasaan ibu. Ketakutan dapat memperlambat persalinan. Tidak ada seorangpun suka berada di rumah sakit. Ruang yang asing dan banyak orang-orang asing serta sebagian dari mereka datang membawa jarum ke tempat Anda. Rumah sakit sendiri sering disalahkan, lanjutnya. Staf medis terlalu sering melakukan intervensi yang tidak perlu sebelum persalinan dengan obat penghilang nyeri, monitor atau teknik lain yang dapat memperlambat persalinan. Bahkan praktek ini terjadi di rumah sakit terbaik, imbuh dr. Main. Di Sutter Hospital, tidak masalah bila datang dan dicek, namun harus dipahami bahwa Anda lebih aman tinggal di rumah sebentar.

3. Pilih rumah sakit dan dokter Anda dengan hati-hati

Bila akan melahirkan secara normal, penting bagi Anda untuk memilih dokter dan rumah sakit yang angka bedah Caesarnya rendah. Carol Sakala, Direktur program sebuah kelompok nirlaba Childbirth Connection mengatakan, “Misalnya suatu rumah sakit mempunyai angka bedah Caesar 18% dan yang lain 45%. Pintu RS mana yang Anda masuki akan berdampak besar pada apa yang terjadi dengan Anda.

4. Di ruang persalinan, bertanyalah jika dokternya mengatakan Anda perlu bedah Caesar

Beberapa situasi adalah benar-benar darurat dan bedah Caesar diperlukan untuk menyelamatkan hidup bayi. Menurut dr. Timothy R.B. Johnson, kepala kebidanan University of Michigan, itu bukan waktu untuk bernegosiasi. Namun dalam situasi lain, para orang tua perlu menanyakan apakah bedah Caesar benar-benar diperlukan. Contohnya, jika dokter mengatakan bayi Anda terlalu besar untuk dilahirkan melalui vagina, bisa saja Anda menanyakan ‘Dokter, apakah Anda yakin bayinya terlalu besar ? Seberapa besar ?. Menurut Johnson, kemampuan menebak ukuran bayi tidak mutlak. Dia pernah memperkirakan bayi seberat 11 pound dan ternyata hanya 7 pound.

5. Cari seorang doula (asisten non medis yang memberikan dukungan fisik, emosional, dan informasi saat hamil, sebelum melahirkan dan setelah melahirkan.

Doula atau asisten persalinan dapat membantu saran bagi para ibu saat persalinan.


sumber.kalbe.co.id

Lima cara menghindari Caesar-section (bedah Caesar)

Pemerintah Amerika dan pada ahli kebidanan sedang bekerja keras menurunkan jumlah wanita yang menjalani bedah Caesar. Tahun 2004, 29% bayi yang Amerika dilahirkan dengan bedah Caesar, suatu peningkatan lebih dari 40% sejak tahun 1996. Sejak menjadi pembedahan mayor, bedah Caesar mengandung risiko bagi ibu, termasuk infeksi, pendarahan dan nyeri. Menurut kantor Departement of Health and Human Service bagian kesehatan wanita, bayi-bayi yang dilahirkan dengan bedah Caesar lebih banyak bermasalah dengan pernapasan segera setelah melahirkan. Menurut lembaga ini, banyak para ahli berpikir bahwa sebagian besar bedah Caesar tidak diperlukan.

Berikut ini cara bagaimana menghindari bedah Caesar, kecuali Anda benar-banar memelukannya.

1. Jangan diinduksi kecuali diperlukan secara medis

Studi bertahun-tahun menunjukkan bahwa menginduksi persalinan sering mengarah pada bedah Caesar. Dr. Michael Klein, seorang profesor emeritus kedokteran keluarga dan anak-anak dari University of British Columbia, yang mempelajari bedah Caesar mengatakan, jika Anda memutuskan mendapatkan induksi karena dokter obsgin berangkat keluar kota atau karena suami Anda berangkat keluar kota, tampaknya merupakan alasan binafid, tapi Anda akan membayar dengan meningkatnya kemungkinan bedah Caesar. Klein mengatakan bahwa studi pada ibu-ibu yang pertama kali melahirkan menunjukkan bahwa 44% yang diinduksi berakhir dengan bedah Caesar, tapi hanya 8% yang rencananya melakukan persalinan secara spontan berakhir dengan bedah Caesar. Para dokter telah mengatakan beberapa kali bahwa menginduksi wanita yang rahimnya belum siap dapat mengarah pada persalinan non produktif sehingga perlu bedah Caesar.

2. Tunggu persalinan di rumah sampai pembukaan 3 sentimeter

Dr. Elliot Main, Direktur Mutu Persalinan dari Sutter Health di Kalifornia mengatakan bahwa dukungan pada ibu-ibu tinggal di rumah pada awal persalinan adalah salah satu upaya rumah sakitnya dapat mempertahankan angka bedah Caesar tetap, walaupun secara nasional terus meningkat setiap tahun. Mengapa menunggu persalinan di rumah dapat mengurangi bedah Caesar ? Sebagian berkaitan dengan perasaan ibu. Ketakutan dapat memperlambat persalinan. Tidak ada seorangpun suka berada di rumah sakit. Ruang yang asing dan banyak orang-orang asing serta sebagian dari mereka datang membawa jarum ke tempat Anda. Rumah sakit sendiri sering disalahkan, lanjutnya. Staf medis terlalu sering melakukan intervensi yang tidak perlu sebelum persalinan dengan obat penghilang nyeri, monitor atau teknik lain yang dapat memperlambat persalinan. Bahkan praktek ini terjadi di rumah sakit terbaik, imbuh dr. Main. Di Sutter Hospital, tidak masalah bila datang dan dicek, namun harus dipahami bahwa Anda lebih aman tinggal di rumah sebentar.

3. Pilih rumah sakit dan dokter Anda dengan hati-hati

Bila akan melahirkan secara normal, penting bagi Anda untuk memilih dokter dan rumah sakit yang angka bedah Caesarnya rendah. Carol Sakala, Direktur program sebuah kelompok nirlaba Childbirth Connection mengatakan, “Misalnya suatu rumah sakit mempunyai angka bedah Caesar 18% dan yang lain 45%. Pintu RS mana yang Anda masuki akan berdampak besar pada apa yang terjadi dengan Anda.

4. Di ruang persalinan, bertanyalah jika dokternya mengatakan Anda perlu bedah Caesar

Beberapa situasi adalah benar-benar darurat dan bedah Caesar diperlukan untuk menyelamatkan hidup bayi. Menurut dr. Timothy R.B. Johnson, kepala kebidanan University of Michigan, itu bukan waktu untuk bernegosiasi. Namun dalam situasi lain, para orang tua perlu menanyakan apakah bedah Caesar benar-benar diperlukan. Contohnya, jika dokter mengatakan bayi Anda terlalu besar untuk dilahirkan melalui vagina, bisa saja Anda menanyakan ‘Dokter, apakah Anda yakin bayinya terlalu besar ? Seberapa besar ?. Menurut Johnson, kemampuan menebak ukuran bayi tidak mutlak. Dia pernah memperkirakan bayi seberat 11 pound dan ternyata hanya 7 pound.

5. Cari seorang doula (asisten non medis yang memberikan dukungan fisik, emosional, dan informasi saat hamil, sebelum melahirkan dan setelah melahirkan.

Doula atau asisten persalinan dapat membantu saran bagi para ibu saat persalinan.


sumber.kalbe.co.id

Alasan untuk melakukan tindakan Abortus Provokatus

1. Abortus Provokatus Medisinalis
ØAbortus yang mengancam (threatened abortion) disertai dengan perdarahan yang terus menerus, atau jika janin telah meninggal (missed abortion).
ØMola Hidatidosa atau hidramnion akut.
ØInfeksi uterus akibat tindakan abortus kriminalis.
ØPenyakit keganasan pada saluran jalan lahir, misalnya kanker serviks atau jika dengan adanya kehamilan akan menghalangi pengobatan untuk penyakit keganasan lainnya pada tubuh seperti kanker payudara.
ØProlaps uterus gravid yang tidak bisa diatasi.
ØTelah berulang kali mengalami operasi caesar.
ØPenyakit-penyakit dari ibu yang sedang mengandung, misalnya penyakit jantung organik dengan kegagalan jantung, hipertensi, nephritis, tuberkulosis paru aktif, toksemia gravidarum yang berat.
ØPenyakit-penyakit metabolik, misalnya diabetes yang tidak terkontrol yang disertai komplikasi vaskuler, hipertiroid, dan lain-lain.
ØEpilepsi, sklerosis yang luas dan berat.
ØHiperemesis gravidarum yang berat
ØGangguan jiwa, disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Pada kasus seperti ini, sebelum melakukan tindakan abortus harus dikonsultasikan dengan psikiater.

KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD)

Definisi
 Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) adalah suatu kehamilan yang oleh karena suatu sebab maka keberadaannya tidak diinginkan atau diharapkan oleh salah satu atau kedua-duanya calon orang tua bayi tersebut.

Etiologi:
1. KEGAGALAN KB dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan (KTD).
 Menurut data yang ada di World Health Organization (WHO) memperkirakan dari 200 juta kehamilan pertahun, sekitar 38 persen (75 juta) merupakan KTD.
 Dengan adanya pelayanan kehamilan yang lengkap, selain bisa mengurangi terjadinya kasus KTD hak-hak reproduksi perempuan menjadi terlindungi.
2. Alasan Kesehatan
3. Telah Memiliki Cukup Anak,
4. Perkosaan,
5. Takut Janin Cacat,
6. Usia Muda Yang Belum Siap Nikah,
7. Pasangannya Tidak Bertanggungjawab Atau
8. Alasan ekonomi.

Mencegah Pendarahan Pasca Persalinan

Lima cara menghindari section (bedah Caesar)

Pemerintah Amerika dan pada ahli kebidanan sedang bekerja keras menurunkan jumlah wanita yang menjalani bedah Caesar. Tahun 2004, 29% bayi yang Amerika dilahirkan dengan bedah Caesar, suatu peningkatan lebih dari 40% sejak tahun 1996. Sejak menjadi pembedahan mayor, bedah Caesar mengandung risiko bagi ibu, termasuk infeksi, pendarahan dan nyeri. Menurut kantor Departement of Health and Human Service bagian kesehatan wanita, bayi-bayi yang dilahirkan dengan bedah Caesar lebih banyak bermasalah dengan pernapasan segera setelah melahirkan. Menurut lembaga ini, banyak para ahli berpikir bahwa sebagian besar bedah Caesar tidak diperlukan.

Berikut ini cara bagaimana menghindari bedah Caesar, kecuali Anda benar-banar memelukannya.

1. Jangan diinduksi kecuali diperlukan secara medis

Studi bertahun-tahun menunjukkan bahwa menginduksi persalinan sering mengarah pada bedah Caesar. Dr. Michael Klein, seorang profesor emeritus kedokteran keluarga dan anak-anak dari University of British Columbia, yang mempelajari bedah Caesar mengatakan, jika Anda memutuskan mendapatkan induksi karena dokter obsgin berangkat keluar kota atau karena suami Anda berangkat keluar kota, tampaknya merupakan alasan binafid, tapi Anda akan membayar dengan meningkatnya kemungkinan bedah Caesar. Klein mengatakan bahwa studi pada ibu-ibu yang pertama kali melahirkan menunjukkan bahwa 44% yang diinduksi berakhir dengan bedah Caesar, tapi hanya 8% yang rencananya melakukan persalinan secara spontan berakhir dengan bedah Caesar. Para dokter telah mengatakan beberapa kali bahwa menginduksi wanita yang rahimnya belum siap dapat mengarah pada persalinan non produktif sehingga perlu bedah Caesar.

2. Tunggu persalinan di rumah sampai pembukaan 3 sentimeter

Dr. Elliot Main, Direktur Mutu Persalinan dari Sutter Health di Kalifornia mengatakan bahwa dukungan pada ibu-ibu tinggal di rumah pada awal persalinan adalah salah satu upaya rumah sakitnya dapat mempertahankan angka bedah Caesar tetap, walaupun secara nasional terus meningkat setiap tahun. Mengapa menunggu persalinan di rumah dapat mengurangi bedah Caesar ? Sebagian berkaitan dengan perasaan ibu. Ketakutan dapat memperlambat persalinan. Tidak ada seorangpun suka berada di rumah sakit. Ruang yang asing dan banyak orang-orang asing serta sebagian dari mereka datang membawa jarum ke tempat Anda. Rumah sakit sendiri sering disalahkan, lanjutnya. Staf medis terlalu sering melakukan intervensi yang tidak perlu sebelum persalinan dengan obat penghilang nyeri, monitor atau teknik lain yang dapat memperlambat persalinan. Bahkan praktek ini terjadi di rumah sakit terbaik, imbuh dr. Main. Di Sutter Hospital, tidak masalah bila datang dan dicek, namun harus dipahami bahwa Anda lebih aman tinggal di rumah sebentar.

3. Pilih rumah sakit dan dokter Anda dengan hati-hati

Bila akan melahirkan secara normal, penting bagi Anda untuk memilih dokter dan rumah sakit yang angka bedah Caesarnya rendah. Carol Sakala, Direktur program sebuah kelompok nirlaba Childbirth Connection mengatakan, “Misalnya suatu rumah sakit mempunyai angka bedah Caesar 18% dan yang lain 45%. Pintu RS mana yang Anda masuki akan berdampak besar pada apa yang terjadi dengan Anda.

4. Di ruang persalinan, bertanyalah jika dokternya mengatakan Anda perlu bedah Caesar

Beberapa situasi adalah benar-benar darurat dan bedah Caesar diperlukan untuk menyelamatkan hidup bayi. Menurut dr. Timothy R.B. Johnson, kepala kebidanan University of Michigan, itu bukan waktu untuk bernegosiasi. Namun dalam situasi lain, para orang tua perlu menanyakan apakah bedah Caesar benar-benar diperlukan. Contohnya, jika dokter mengatakan bayi Anda terlalu besar untuk dilahirkan melalui vagina, bisa saja Anda menanyakan ‘Dokter, apakah Anda yakin bayinya terlalu besar ? Seberapa besar ?. Menurut Johnson, kemampuan menebak ukuran bayi tidak mutlak. Dia pernah memperkirakan bayi seberat 11 pound dan ternyata hanya 7 pound.

5. Cari seorang doula (asisten non medis yang memberikan dukungan fisik, emosional, dan informasi saat hamil, sebelum melahirkan dan setelah melahirkan.

Doula atau asisten persalinan dapat membantu saran bagi para ibu saat persalinan.

Sekali Caesar, Tidak Selamanya Caesar

Pada umumnya, persalinan dengan bedah caesar merupakan pilihan terakhir setelah segala upaya untuk melahirkan normal mengalami kegagalan. Atas alasan medis, ibu harus melakukan operasi yang dilakukan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus, untuk mengangkat bayi dari dalam rahim. Sebenarnya persalinan bedah caesar sangat beresiko tinggi bagi ibu maupun bayi. Oleh karena itu ibu yang pernah menjalani operasi caesar memerlukan persiapan lebih baik saat
menghadapi persalinan berikutnya. Banyak ibu beranggapan dia tidak akan bisa mempunyai anak lagi pasca-persalinan bedah cesar pertama. Ada juga yang beranggapan tidak bakal bisa menjalani persalinan secara normal. Berikut hasil wawancara dengan Dr. Alfiben Sp. OG dari RS Hermina Depok.

Pernah mendengar kisah Ethel Kennedy? Ibu mantan senator senior AS Robert F. Kennedy ini, melahirkan sebelas anaknya dengan bedah caesar! Padahal pada jamannya dulu bedah caesar masih belum semaju dan seaman saat ini, lho.

Hingga kini pun sebetulnya banyak dokter tetap berpendapat bedah caesar tidak mungkin dilaksanakan hingga berulang-ulang. Mengapa? Ini lantaran bedah caesar untuk kali berikutnya akan sangat bergantung dari jenis irisan bedah yang dibuat dan jenis jaringan parut terbentuk pada bedah cesar pertama. Karena itu bila ibu terpaksa melalukan persalinan pertama dengan bedah caesar, ada baiknya mengkonsultasikan hal ini ke dokter kandungan sehingga Anda bisa mengetahui dengan pasti apakah bisa melalukan bedah cesar kembali atau tidak pada persalinan berikutnya.

Di lain pihak, bila Anda memang telah melakukan bedah caesar berulang kali, ada baiknya berpikir ulang untuk melakukannya kembali. Sebab Anda telah banyak mendapatkan jaringan parut. Ini bisa menimbulkan resiko robeknya rahim pada saat kontraksi persalinan. Oleh karena itu, ibu diharapkan mengetahui segala informasi tentang mengapa persalinan harus dilakukan dengan bedah caesar dan bagaimana sayatan yang diberikan pada rahim (jenis bedah caesar).

Untuk kembali berbaring di meja bedah pun persiapannya harus dilakukan ekstra baik. Misal, makanan harus mencukupi baik jumlah maupun kualitasnya - umumnya yang memenuhi standar empat sehat lima sempurna - harus cukup melakukan olahraga, mempersiapkan diri dengan baik - fisik maupun mental - serta melakukan pemeriksaan kehamilan pada tenaga kesehatan dan rumah sakit yang baik.

Saat menjelang persalinan, Anda pun harus bersikap lebih waspada. Cobalah untuk mengetahui dan sigap dalam menyikapi tanda-tanda menjelang kelahiran, terutama pada bulan-bulan terakhir kehamilan, seperti terjadinya kontraksi, pengeluaran darah, dan pecahnya ketuban. Jika tanda-tanda ini muncul, beritahukan dokter dan segera ke rumah sakit. Anda juga dianjurkan untuk segera memberitahu jika mengalami perdarahan atau nyeri perut terus-menerus, tanpa
bisa menjelaskan penyebabnya.

Sekali Caesar, Tidak Selamanya Caesar

Ada ungkapan mengatakan “Sekali cesar, tetap cesar”. Sebenarnya ini tidak berlaku lagi, sebab para pakar Obstetri dan Ginekologi telah mengeluarkan pernyataan bahwa tindakan cesar yang berulang-ulang tidak dianjurkan dan menyarankan ibu melakukan persalinan per-vagina setelah bedah caesar pertama. Statistik pun menunjukkan, sekitar 50-80% ibu yang pernah bersalin secara cesar pun akan mampu menjalani proses persalinan normal pada persalinan-persalinan berikutnya. Persalinan normal ini juga tergantung jenis irisan bedah pada rahim (yang bisa berbeda dari irisan bedah pada dinding perut) yang dilakukan pada bedah sebelumnya dan dari sebab bayi Anda harus dikeluarkan melalui pembedahan.

Bila Anda mempunyai irisan bedah yang melintang rendah - yaitu mengiris bagian bawah rahim yang 95% dilakukan oleh bedah caesar saat ini - maka besar kemungkinan Anda akan sukses melahirkan melalui vagina setelah caesar tersebut. Bila Anda mempunyai irisan klasik yang vertikal - yaitu irisan tegak di tengah rahim - biasanya Anda tidak akan dibolehkan melakukan persalinan per-vagina, karena resiko robeknya rahim.